Lukisan “Abstraksi Ikan” merupakan salah satu karya perupa seni lukis Indonesia, Agung Mangu Putra.

- Pelukis : Agung Mangu Putra
- Judul : “Abstraksi Ikan”
- Tahun : 2001
- Media : Mixed Media on Canvas
- Ukuran : 140 cm x 150 cm
Deskripsi Lukisan “Abstraksi Ikan”
Lukisan ini merupakan lukisan dengan gaya realisme dan ekspresionisme. Dengan teknik melukis menggunakan bahan campuran di atas kanvas. Dalam lukisan ini terlihat beberapa ekor ikan yang sedang membuka mulutnya, di gambar secara abstrak.
Karakteristik Karya
Karya lukisan Agung Mangu Putra yang realistik tidak bisa benar-benar diklasifikasikan sebagai realisme. Ciptaannya memiliki banyak sisi dan banyak lapisan. Diputar pada berbagai tingkat makna – metaforis, simbolis, dalam bentuk konten, teks, atau konteks.
Karya-karya Agung muncul dari persinggungannya yang sangat intensif dengan dunia sebagai sebuah ekspresi penuh kesadaran akan orientasi kreativitas utamanya. Representasi akan fenomena alam didukung oleh detak kehidupan menjadi latar-belakang utama pencariannya. Indahnya alam seperti pegunungan atau pantai digambarkan sebagai objek-objek yang bisa diidentifikasi. Beberapa karyanya yang menunjukkan gambaran abstrak adalah penggambaran dari karakter air dan tekstur serta warna tanah atau batu.
Realis Radikal
Agung adalah seorang realis radikal. Dalam arti bahwa semua usaha kreatifnya berpusat pada tema “realitas”. Namun kenyataan adalah masalah yang tidak dapat sepenuhnya dipahami.
Dalam usahanya untuk memahami kenyataan itu, pergulatan terbesar Agung adalah dengan “realitas citra”, yang merupakan satu-satunya zona realitas.
Ciptaannya adalah karya yang selalu bergerak, terus mencari dan mempertanyakan kenyataan. Agung berjuang untuk menjaga keseimbangan antara imajinasinya yang penuh gairah dan penghitungan “dingin”. Ketertarikan formal dan komitmen moral, keinginan akan aspirasi yang mendalam dan yang suci.
Agung membuktikan, bahwa dengan menjadi seniman yang realistis ia tidak akan pernah bisa melakukan realisme secara naif.
Imajinasi Ikan Agung Mangu Putra
Hubungan timbal balik ekosistem ikan dengan lingkungan habibatnya, menjadi ujung kritik sosial pelukis Agung Mangu Putra. Kritikan yang begitu bersemangat ikut menggerakkan nalurinya bicara tentang kerusakan lingkungan alam. Karena itu lukisannya pun berisikan subjek ikan-ikan bercahaya berenang berderet, dengan mata bening.
Pesan dan Makna Lukisan Ikan Karya Agung Mangu Putra
Makhluk-makhluk dari hasil imajinasi Agung Mangu Putra memang unik seperti terlihat pada “Lukisan Ikan, 1999”. Seekor ikan berwarna biru bermata jernih itu seolah-olah tengah siaga, berenang dengan mulut terbuka. Agung berharap bisa menyebarkan isu-isu kerusakan seputar alam bawah laut. Berdampak sampai ke lapisan sosial masyarakat yang peduli. Ada dua lukisan terkait dengan pesan itu dalam “Ikan Cengkarama di Dasar Laut, 2003” dan “Ikan yang Tersisa, 2002”. Terkait dari kisah lukisan Agung tersebut, imajinasi ikan itu terasa ada dua bentuk yakni natural “Ikan, 2000”. Beda dengan ”Abstraksi Ikan, 2001” yang termasuk lukisan semacam amsal yang artifisial.
Secara estetika ikan kedua-duanya terperangkap oleh sikap protes ala Agung. Terpapar bagaimana Agung mengimajinasikan ikan-ikan dibedah, isi perutnya keluar berlumuran darah. Tragisnya mati tergantung di atas tanah. Di sisi lainnya ada lukisan tentang ikan yang sangat harmoni berenang tanpa ada rasa takut, yaitu “Ikan Putih di Latar Biru, 2002”. Setiap pelukis punya karakter sendiri dalam mengimajinasikan berbagai kreasi ciptaannya seperti dalam “Migrasi, 2002”. Agung Mangu Putra termasuk pelukis yang mempunyai trend estetika spesifik tentang ikan-ikannya, melalui teknik valet yang jadi andalannya. Selain penguasaan teknik, Agung juga sengaja merawat implus yang begitu lepas mengalir sehingga idenya memunculkan ikan-ikan nan apik.
Dengan permainan teknik, Agung tak ingin terjebak kepada tema-tema orisinal, yang akan mengerdilkan arti metafora ikan itu sendiri. Lukisan ikan karya Agung kebanyakan memakai cat dengan jejak sapuan valet, tetap tidak mengurangi karya originalitas tentang ikan bersisik karang tersebut. Ketika jejak pisau valet yang kasar justeru menimbulkan efek-efek kilatan cahaya dari tubuh ikan-ikan tadi. Begitu pula lelehan cat, bergemuruh turun, itu memperlihatkan Agung memang pandai mengusik imajinasi kita tentang ikan yang begitu banyak.
Konsistensi Teknik
Agung tetap konsisten bahwa teknik haruslah dikuasai agar terlahir ukuran efek bernuansa estetika. Suguhan artistik ikan itu bisa dinikmati sepuas-puasnya lewat tata rupa yang lainnya. Agung tetaplah pelukis bukan seorang saintis ekologi. Sajian tentang ekologi ikan Agung hanya sebatas imajinasi, sejurus (protes) kritikan yang terselip di dalam karya lukisannya. Dari rangkaian jagat ikan imajinasi Agung, menunjukkan ada hal yang perlu diusik yakni tentang ekologi. Itulah prioritas kritikan Mangu terhadap salah urus di khasanah surgawi laut kita. (Sumber: harian.analisadaily)
Tema Bersejarah Masa Penjajahan Belanda
Di lukisan-lukisan terbarunya, Agung meneliti ulang rekaman arsip bersejarah masa penjajahan Belanda di Bali pada awal hingga pertengahan era 1900-an. Agung Mangu Putra terlebih dahulu melakukan penelitian selama satu dekade untuk mengungkapkan kisah-kisah veteran Indonesia dan para pejuang revolusi. Agung menggunakan foto-foto kolonial yang merupakan arsip Belanda dan diterbitkan oleh Lembaga Belanda. Karya-karya Agung seperti membayangkan adegan ulang kejadian bersejarah, dan menempatkan lagi orang-orang Bali di pusat. (Sumber: m.detik.com)
Semoga bermanfaat bagi Anda para pecinta seni lukis Indonesia.