Lukisan “Aku” merupakan salah satu karya perupa seni lukis Indonesia, Dede Eri Supria.

- Pelukis : Dede Eri Supria
- Judul : “Aku”
- Tahun : 2005
- Media : Oil on Canvas
- Ukuran : 90 cm x 180 cm
Deskripsi Lukisan “Aku”
Lukisan ini merupakan lukisan dengan gaya superalisme atau hyper realisme. Dengan teknik melukis menggunakan cat minyak di atas kanvas. Dalam lukisan ini, pelukis menggambarkan potret dirinya.
Karakteristik Karya
Dede Eri Supria adalah seorang seniman yang banyak mengangkat tema kritik sosial dalam karya-karyanya. Ia merupakan seorang seniman realistis. Namun seperti apa yang telah di apresiasi oleh publik, realisme yang digunakan oleh seorang Dede Eri Supria tidaklah terpresentasi dalam wujud realisme yang “biasa”.
Karya yang hadir dalam kanvas-kanvasnya bukanlah sekedar representasi visual, melainkan juga representasi sosial. Seorang perupa dan pengamat seni, Gendut Riyanto mengatakan bahwa “Dede menggunakan realisme sebagai medium atau realisme sebagai wacana dalam memecahkan fenomena.”
Tak cukup dengan predikat itu, dia juga seorang Maestro yang melukiskan tentang seni pertunjukkan tari, terutama lenggak-lenggok gadis Bali. Dede Eri Supria tak hanya dikenal sebagai jagoan dalam memindahkan objek ke bidang kanvas mirip hasil fotografi, tetapi juga menegaskan simpul lukisan realisme.
Dengan realisme itu, Dede mengungkapkan apa yang ada di dalam jiwa kesenimanannya mengenai kehidupan dan himpitan di zaman modern yang ia rasakan sendiri sebagai manusia yang tinggal di kota.
Hal ini tertuang dalam lukisannya yang berjudul “Labyrinth”, “Survivors” dan “The Urban Class”. Melalui karyanya, Dede seolah mengajak semua orang untuk masuk, hanyut dan menjadi subjek-subjek di dalam lukisannya tersebut.
Objek Menjadi Hidup Dalam Lukisan
Gerakan-gerakan gemulai tubuh, hentakan kaki, bunyi gemerincing si penari, itulah yang terpampang dalam karya lukisan realisme Dede Eri Supria. Dia dikenal sangat mahir menggarap objek menjadi hidup.
Lukisannya tentang tarian dan penari Bali, menegaskan namanya dalam arus gaya klasik dari para pendahulunya. Dede dikenal cukup teliti dalam soal detail objek yang dilukiskannya, sehingga sulit menemukan perbedaan hasil lukisan dengan fotografi.
Perhitungan yang tepat dan jitu soal anatomi, posisi, drapery dan komposisi warna bisa tervisualkan karena kemampuan luar biasanya. Kemampuan yang sudah diasahnya puluhan tahun itu memunculkan karya spektakuler tentang lukisan tarian Bali. Dede termasuk pelukis yang paling setia pada satu gaya saja. Beberapa lukisan tentang kaum urban (pendatang) meneguhkan namanya di mata kolektor dalam negeri juga mancanegara.
Pesan Tersirat Dalam Lukisan Dese Eri Supria
Lukisan Dede hampir selalu menyiratkan akan kebingungan, kegetiran, dan kekecewaan. Karya seorang Dede Supria disamping mengangkat mengenai kaum “kecil” di kota besar, ia juga mengangkat tentang fenomena sosial yang lain yang kini banyak terjadi seperti produk-produk yang meneror produk lokal, polusi industri, masalah hak asasi manusia, ketenagakerjaan, penyakit AIDS, badut-badut jalanan, peperangan, perdamaian, emansipasi, kekerasan kota, dll.
Dengan sisi sensibilitasnya, ia menyaring isu-isi yang terjadi menjadi tema yang lalu ia bentuk menjadi suatu karya.
Tema Karya Tahun 1985-1990an
Karya-karya lukisan Dede yang dibuat diatas tahun 1985 sampai dengan awal 1990an banyak merilis benda-benda kota seperti, billboard, iklan-iklan, bangunan-bangunan modern, dinding-dinding kendaraan besar, dan jendela-jendala pencakar langit sebagai komponen utama.
Dinding-dinding yang kaku, pilar beton, rel-rel, serta bangunan bertingkat juga menjadi komponen utama bahkan menjadi subjek dalam karya Dede. Dengan semua itu ia mengajak semua penikmat lukisan menikmati karyanya untuk melihat suatu realitas sosial.
Tema Penari Bali
Lukisan penari Bali karya Dede meliputi: “Siap Tampil, Siap Pentas, Persiapan Terakhir, Persiapan Menari dan Sebelum Pertunjukan”.
Lukisannya yang bisa mengungkapkan eksotisme busana seperti lukisan: “Penari Legong I, II dan III, Penari Oleg Tambulilingan dan Keindahan Penari Bali”.
Kemewahan busana penari Bali terlihat pada lukisan: “Tarian Gebyar, Tarian Sang Jenderal dan Tarian Kecak”. Lukisan bernuansa Bali Dede dibuat tahun 2000 hingga 2014, dengan ukuran di atas satu meter lebih, menyiratkan simpul arus realisme ke puncaknya.
Lukisan realisme gaya Dede, rasanya sulit ditemukan kekurangannya. Sepatutnya, lukisan potret penari Bali karya Dede menjadi ranah baru untuk mengungkapkan simpul tentang minimnya Maestro perupa realisme.
Keaslian tarian Bali memang milik leluhurnya, tetapi Dede menegaskan simpul itu agar tak menjadi eksklusif lewat lukisan. Lukisan tersebut sudah puluhan jumlahnya dilukis oleh Dede didasari atas kekagumannya pada ketahanan masyarakat Bali dari pengaruh negatif ke dalam seni pertunjukkannya.
Teknik Goresan Warna dan Kuas
Dede Eri Supria adalah sosok perupa kelas satu Indonesia, ia bisa mengantarkan realisme hingga sampai ke puncaknya. Kerapian ujung bulu kuas selalu diperbaharuinya agar dapat menggoreskan warna biarpun sehelai rambut misalnya.
Guratan kuas-kuas itu menopang permainan cahaya (kilauan warna) melebihi kekuatan sinar hasil olahan dari kamera (tustel). Lukisan potret penari Bali karya Dede tak hanya menampilkan kekuatan utama realisme, tapi bisa menimbulkan tafsiran tentang ragam tarian Bali.
Dede sengaja memanfaatkan kepekaaan intuisinya. Beragam lukisan itu masih tetap pada koridor realisme. Hasil guratan kuas Dede terlihat lebih apik dan artistik. Suatu pilihan tematik yang cukup cerdas dan memukau ketika menatap lukisan-lukisannya.
Teori Semiotika
Dalam menganalisis lukisan karya Dede Eri Supria ini, dilihat menggunakan teori Semiotika. Teori Semiotika yang berarti memahami suatu hasil karya seni melalui tanda-tanda, ikon dan bentuk yang ada di dalam suatu karya seni membuat penikmat seni dapat lebih memahami objek-objek yang terdapat di dalam karya seni tersebut. Selain itu, dengan perspektif semiotika, sebagai contohnya penikmat lukisan lebih dapat memahami suatu lukisan dengan lebih mendetail yaitu melalui tanda, bentuk serta warna yang ditampilkan dalam suatu karya lukisan.
Semoga bermanfaat bagi Anda para pecinta seni lukis Indonesia.