Lukisanku.id-Affandi, seorang pelukis asal Yogyakarta, telah diakui sebagai maestro seni lukis Indonesia yang mendunia. Dikenal dengan gaya ekspresionisme dan romantisme, karya-karyanya menggambarkan emosi dan energi yang penuh warna. Sebagai pelukis yang berkarakter kuat, Affandi mampu menciptakan karya yang tak hanya indah secara visual, tetapi juga menggugah perasaan penikmat seni.
Affandi lahir di Cirebon pada tahun 1907, dan sejak usia muda, ia sudah menunjukkan bakat luar biasa dalam seni rupa. Gaya melukisnya yang penuh ekspresi dan menggunakan teknik cat minyak dengan tangan langsung, tanpa kuas, menciptakan karya yang khas dan berbeda dari pelukis lainnya. Ekspresi inilah yang membuatnya diakui sebagai pelopor seni ekspresionisme di Indonesia.
Pada tahun 1954, Affandi menjadi seniman Indonesia pertama yang mengikuti Venice Art Biennale, sebuah pameran seni internasional paling bergengsi yang diadakan di Venesia, Italia. Ajang ini menjadi titik penting dalam kariernya, memperkenalkan karyanya ke kancah seni global. Venice Art Biennale, yang merupakan pameran seni tertua di dunia, memberikan peluang bagi seniman-seniman dunia untuk memamerkan karya-karya terbaik mereka. Partisipasi Affandi di sana mengukuhkan posisinya sebagai salah satu pelukis besar dunia.
Sepanjang hidupnya, Affandi telah menghasilkan lebih dari 2.000 lukisan, menjadikannya salah satu pelukis paling produktif sepanjang masa. Lukisan-lukisannya, yang sering kali menggambarkan kehidupan sehari-hari dengan pendekatan emosional yang mendalam, menjadi cerminan dari kekayaan budaya dan spiritualitas Indonesia. Kini, karya-karyanya bisa dinikmati di Museum Affandi yang berlokasi di Yogyakarta, sebuah tempat yang didedikasikan untuk merayakan warisan seninya.
Museum Affandi tak hanya menampilkan karya-karyanya, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi seniman muda. Lukisan-lukisannya yang penuh energi dan emosi mengajarkan betapa pentingnya ekspresi pribadi dalam seni. Gaya melukisnya yang unik, tanpa banyak menggunakan alat konvensional seperti kuas, membuktikan bahwa seni tak mengenal batasan teknis, tetapi lebih pada kekuatan emosi dan makna yang tersampaikan melalui karya.